Most Commented 

Tugas Bahasa Indonesia itu di Internet

24/07/12
GbSEKUPANG - Pagi itu sekolah yang terletak di daerah Tiban Kampung kota Batam provinsi Kepulauan Riau menjadi heboh. Apa lacur, ada siswa kelas sepuluh mengalami musibah pada malam sebelumnya. Dalam perjalanan dari rumahnya dengan mengendarai sepeda motor ke tempat Warnet dengan niat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Dalam perjalanan, siswa tersebut yang ditemani oleh adeknya mengendarai motor tanpa menggunakan helm di tabrak oleh mobil bak terbuka. Naas kedua anak itu mengalami pendarahan pada otak, tidak sampai disitu, kedua kaki beradik kakak tersebut patah.

Empat hari berjalan, sang adek sudah siuman, sementara kakak sampai sekarang belum juga siuman (alias tak sadarkan diri). Usut punya usut, orang tua si anak mengatakan bahwa kepergian anaknya pada malam itu adalah untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Kontan saja, sang guru Bahasa Indonesia menjadi topik hangat di sekolah. Banyak diantara mereka yang mencibir, kenapa semua tugas harus di ambil dari internet. Apakah tidak ada lagi tugas lain selain dari internet?. Inilah kira-kira wacana yang berkembang di sekolah tersebut.

Pertanyaannya, apakah guru Bahasa Indonesia tersebut bersalah dan harus beratnggung jawab terhadap peristiwa tersebut?.Tidak bisa dihindari lagi, peristiwa ini telah menjadi ponis yang menyudutkan peran guru di tengah masyarakat. Guru dicap pemalas, tidak kreatif dan tidak kompeten-lah. Wacana yang berkembang di tengah masyarakat, tugas tidak mesti harus bersumber dari internet.

Di lain pihak, guru menanggapi peristiwa ini, menjadi bingung. Memang posisi guru sekarang itu tidak sama dengan guru-guru terdahulu. Perlu di ingat, kalaulah guru Bahasa Indonesia itu tahu kalau akan terjadi peristiwa seperti ini, apakah tetap akan memberikan tugas itu?. Jawabannya tentu TIDAK. Dilain pihak, kita juga berharap kerja sama orang tua dengan guru harus lebih ditingkatkan. Permasalahan pendidikan sekarang sangat kompleks. Tahukah anda, kebanyakan penyelesain siswa yang bermasalah di sekolah, para orang tua tidak bisa meluangkan waktunya untuk memenuhi panggilan pihak sekolah. alasan klasiknya yaitu sibuk.

Para orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada para guru untuk memberikan sangsi yang sesuai dengan pelanggaran yang ia buat. Di sisi lain, ketika sangsi itu diberikan kepada siswa, di tuduh guru tidak bijaksana. tidak dewasa dan lain sebagainya.

Contoh lain, misalnya siswa tidak naik kelas, maka guru akan dituding tidak profesional, kalau siswa sering berbuat onar diluar sekolah maka guru juga dipersalahkan. Giliran siswa lulus ujian nasional maka lembaga-lembaga formal seperti bimbingan belajar mengklaim kalau itu adalah keberhasilannya.

Barangkali boleh kita katakan bahwa keberadaan sekolah sekarang sama dengan yayasan penitipan anak. Begini parahkah pendidikan di negeri kita ini?. Kembali ke peristiwa yang menimpa anak tersebut, siapa yang hedak kita persalahkan?

(Faisal Amri)

Sumber: faisalamri71
Email:

Baca Juga

komentar (0 komentar)

Posting Komentar